Sabtu, 05 Januari 2013

Cara Membuat Puisi

Cara Membuat Puisi

 Cara & Tips Menulis Puisi Dengan Baik & Benar - Menulis puisi dengan baik itu gampang-gampang susah. Ada orang yang mengatakan “Saya bisa menulis puisi jika sedang berada di kamar yang sunyi.” Ada pula yang mengatakan “Saya bisa menulis puisi di mana saja.” Pendapat lain mengatakan “Saya bisa menulis puisi saat hati saya sedang sedih.”


Ungkapan-ungkapan di atas, hanya sebagian kecil saja pendapat orang tentang menulis puisi. Ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk mengasah keterampilan menulis puisi dengan baik & Benar.

Puisi dapat ditulis berdasarkan catatan harian. Ikutilah langkah berikut ini jika Anda akan menulis puisi berdasar catatan harian:

1. Baca dan renungkan isi catatan harian yang Anda miliki!
2. Coretlah kata-kata yang tidak penting dan tambahkan katakata yang menurut Anda menarik untuk disertakan!
3. Hapuslah baris-baris yang tidak penting!
4. Atur dan urutkan kembali baris-baris yang sudah Anda pilih!
5. Bacalah kembali hasil akhir baris-baris itu!
6. Suntinglah kembali baris-baris itu sehingga menjadi barisbaris puisi yang menarik!


DAN


Puisi juga dapat ditulis berdasarkan hasil perenungan. Langkah langkah menulis puisi dari hasil perenungan adalah:

1. Duduklah di bawah pohon atau di tempat lain yang menyenangkan bagi Anda!
2. Pejamkan mata Anda dan pikirkanlah tentang hal yang menyenangkan, misalnya berlibur ke daerah pegunungan!
3. Hiruplah sejuknya udara dingin pegunungan!
4. Dengarkan suara burung yang berkicauan di dahan pohon!
5. Rasakan bahwa Anda sedang berada di tempat itu dan rasakan kenyamanannya!
6. Renungkanlah apa yang Anda rasakan! Renungkanlah bahwa semua keindahan itu merupakan karunia Tuhan!
7. Resapkanlah dalam hatimu yang telah Anda rasakan dan buka mata Anda perlahan!
8. Ungkapkanlah apa yang telah Anda rasakan, Anda lihat, Anda sanjung dalam renungan Anda dalam bentuk puisi!

Hal Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Menulis Puisi :

IRAMA
Irama atau ritme berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan. Irama dapat juga berarti pergantian keras-lembut, tinggirendah, atau panjang-pendek kata secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi. Perhatikan puisi DOA karya Chairil Anwar! Dalam puisi tersebut terdapat pengulangan kata Tuhanku.

RIMA
Rima (persamaan bunyi) adalah pengulangan bunyi berselang, baik dalam larik maupun pada akhir puisi yang berdekatan. Bunyi yang berima itu dapat ditampilkan oleh tekanan, nada tinggi, atau perpanjangan suara. Perhatikan kutipan puisi DOA berikut ini!

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
 
Juga Puisi untuk para pemerintah, Pemerintah yang tak mau melihat nasib rakyat di bawahnya, pemerintah yang hanya memikirkan nasibnya sendiri-sendiri, pemerintah yang egois.
Semua tergantung dari rasa di dalam hati kita dan suasana yang terjadi saat itu juga.
Karena semua hal yang berkaitan dengan seni dapat meluapkan semua yang perasaan yang ada di hati kita meskipun secara tidak langsung.

Jika mau lihat Puisi buatan saya, Bisa klik link downloadnya.

<a href="
http://www.ziddu.com/download/21269731/DimanaParaPetinggi.docx.html" target="_blank"><img alt="Download Button" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXNeKLbainnaABNfZa3dw_Dtr5xcDbNebez6r3D-PdjJNLXXVq0mZB6Nu84qFEZ8EpzI9B8Z7Ixj8x36k9nMeKTqTqu3LVtBYft4XkF5Cy5EXeacraTgxERWjNjLJYEsm2nTiOtHYko7Ej/s1600/download-button.jpg" /></a>

Sejarah mengenai Tegal

Sejarah Kota TEGAL (Jawa Tengah)
SEJARAH KOTA TEGAL

Kota Tegal merupakan penjelmaan dari sebuah desa yang bernama TETEGUAL. Pada tahun 1530, Daerah ini telah mengalami banyak kemajuan dan telah menjadi bagian dari wilayah kabupaten Pemalang yang mengakui kerajaan Pajang.

Secara historis dijelaskan bahwa eksistensi dari Kota Tegal tidak lepas dari peran Ki Gede Sebayu. Bangsawan ini adalah saudara dari Raden Benowo yang pergi kearah Barat dan sampai di tepian sungai Gung. Melihat kesuburan tanahnya, Ki Gede Sebayu tergugah dan berniat bersama-sama penduduk meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan serta membuat saluran pengairan. Daerah yang sebagian besar merupakan tanah lading tersebut kemudian dinamakan Tegal.

Selain berhasil memajukan pertanian, dia juga merupakan ahli agama yang telah membimbing warga masyarakat dalam menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas jasanya tersebut, akhirnya dia diangkat menjadi pemimpin dan panutan warga masyarakat.

Kemudian oleh Bupati Pemalang dikukuhkan menjadi sesepuh dengan pangkat Juru Demung atau Demang. Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi Pemimpin Tegal dilaksanakan pada perayaan tradisional setelah menikmati hasil panen padi dan hasil pertanian lainnya. Perayaan tersebut tepat di bulan punama tanggal 15 sapar tahun EHE 988 yang bertepatan dengan hari jumat kliwon 12 April 1580. Dalam perayaan juga dikembangkan ajaran dan budaya agama islam yang hingga sekarang masih berpengaruh pada kehidupan masyarakat.

Hari,tanggal dan tahun Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Juru Demung itu ditetapkan sebagai hari jadi Kota Tegal dengan peraturan Daerah No.5 tahun 1988 tanggal 28 Juli 1988. Ki Gede Sebayu Sebayu, keturunan trah Majapahit yang memilih diam cegah dhahar lawan guling, karena prihatin. Bahkan pada saat suasana makin kacau, Ki Ageng Ngunut (kakek Sebayu) mendesak Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan Pajang. Namun, Sebayu menolak. Melihat penderitaan manusia akibat perebutan kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda, Sebayu malah pilih pamit untuk menyingkir ke barat. Dia melepas atribut kebangsawanannya dan mengembara mencari hakekat hidup. Sampailah dia di sebuah daerah penuh ilalang, padang rumput luas dengan sungai besar yang dialiri air bening sampai muara laut utara.

Dia terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang nyaris tak berpenghuni itu. Temukan Persinggahan Di sana hanya ada beberapa bangunan semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat.

Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung dikebumikan. Terbersitlah di benak Sebayu untuk mengajari warga pesisir itu bercocok tanam. Dia merasa menemukan persinggahan yang menjanjikan, sehingga menghentikan pengembaraannya. Diajaknya warga setempat membabat alang-alang agar jadi tegalan. Selain itu, dia juga membuat bendungan di hulu sungai daerah Danawarih untuk dijadikan sumber air irigasi. Sementara itu, Pangeran Benow diangkat menjadi raja Pajang.

Dia membutuhkan sepupunya, Sebayu, untuk menjadi patih. Dia pun mengutus sejumlah prajurit untuk mencari Sebayu. Di Desa Tegal, tempat Sebayu bermukim, sepupu Benowo itu ditemukan. Namun, karena Sebayu tidak mungkin meninggalkan rakyat Tegal, Pangeran Benowo melantik dia menjadi juru demang atau sesepuh Desa Tegal. Anugerah sebagai sesepuh desa diberikan pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun 588 EHE. Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi.

by : Firgiawan Eka Prasetyo (salam tegal)
from BTN TONGGARA

Baca Selengkapnya Hanya di: http://ami-mazda.blogspot.com/2012/08/sejarah-kota-tegal-jawa-tengah.html#ixzz2H5fZkJ7a
Follow us: @Firgiawanphrase on Twitter | Firgiawan Prasetya on Facebook